1 :hammer: Partai politik “pssi’ Thu Jan 20, 2011 1:18 am
junk.creature
Moderator
Judul tersebut menjadi tema diskusi yang diselnggarakan oelh salah satu televisi swasta nasionl. Menarik memang jika kita mengikutinya, dimana dalam acara tersebut dikupas bagaimana partai politik begitu mendominasi dalam kepengurusan PSSI. Konon sang ketua PSSI nurdi Halid memang sengaja disisipka Golkar untuk memanfaatkan sebagai kampanye terselbung melalui PSSI. Memang Sepak bola merupakan olahraga yang sangat populer di Indonesia. Maka tak heran jika partai-partai Penguasa mempunyai keinginan besar untuk menguasai posisi strategis di tubuh PSSI.
Jika Golkar memasang banyak jajaran pengurus ditubuh PSSI dengan maksud ingin mengambil hati pecinta sepak bola Indonesia agar mendukung partai tersebut saya pikir sangat keliru, justru dibawah kepemimpinan Nurdin Halid “PSSI’ merupakan organisasi yang paling dibenci karena selama kepemimpinannya tidak pernah menghasilkan gelar juara satupun. Dan masyaraktpun tahu bahwa Nurdin Halid dan kroninya adalah orang golkar, maka jangan heran pula jika suara poltik tersebut malah mengalami penurunan. Isu korupsi dan tanpa prestasi saya pikir menjadi isu utama dibawah kepemimpinan Nurdin Halid.
GOLKAR VS DEMOKRAT
Belakangan ini kedua partai tersebut saling berebut pengaruh untuk menguasai PSSI. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kedua partai tersebut memang berada dalam kepengurusan strategis PSSI. Namun menurut hemat saya jika ‘politik ‘ masih saja mencengkeram PSSI, sepak bola dinegeri ini tidak akan berprestasi. Karena jika politik masih dominan tujuan utama untuk membina sepak bola akan disertai dengan tujuan terselebung. Sehingga para profesional tidak berkutik menghadapi terjangan politik untuk membangun sepak bola di Indonesia. Para profesional itu justru hanya bisa menonton atas segala kemunduran prestasi PSSI.
Seperti halnya kompetisi sepak bola paling bergengsi di Indonesia yang diwadahi oleh Indonesia Super League (ISL) saat ini menghadapi banyak masalah. Masalah yang paling serius antara lain munculnya wadah lain yang cukup membuyarkan konsentrasi PSSI, yaitu Indonesia Primer League (IPL) besutan Arifin Panigoro dan kawan-kawan.
Membelotnya sejumlah klub peserta ISL ke IPL mengundang banyak pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi dalam pengelolaan sepak bola kita? PSM Makassar, Persema Malang dan Persibo Bojonegoro menyatakan sikap "pindah gerbong" dan siap mengikuti IPL.
Selain kesulitan keuangan, mereka merasakan adanya "konspirasi" untuk menjatuhkan klub yang dikelolanya. Mereka, merasa selalu "dikerjai" PSSI dalam setiap keputusan yang dijatuhkan ke klubnya. Mereka menginginkan terwujudnya kompetisi yang bersih, jujur, mandiri dan profesional.
Banyak faktor yang menyebabkan prestasi sepak bola kita berjalan di tempat, bahkan mengalami kemunduran, antara lain kepemimpinan PSSI yang bermasalah di samping pengelolaan kompetisi dan pembinaan generasi muda. Bagaimanapun, kepemimpinan PSSI sangat vital dan menentukan arah persepakbolaan Indonesia. Hal itu akan berimbas pada kualitas kompetisi, pembinaan pemain dan kedaulatan klub anggota PSSI. Pada gilirannya akan berimbas pada kualitas Timnas di Asia Tenggara, Asia, bahkan dunia.
Namun jika saja politik masih mendominasi PSSI jangan harap sepak bola Indonesia akan mengalami kemajuan yang berarti. Namun justru keterpurukanlah yang akan selalu menimpa prsetasi sepak bola kita…
Bravo Timnas …. : tapi tidak untuk PSSI….!
Jika Golkar memasang banyak jajaran pengurus ditubuh PSSI dengan maksud ingin mengambil hati pecinta sepak bola Indonesia agar mendukung partai tersebut saya pikir sangat keliru, justru dibawah kepemimpinan Nurdin Halid “PSSI’ merupakan organisasi yang paling dibenci karena selama kepemimpinannya tidak pernah menghasilkan gelar juara satupun. Dan masyaraktpun tahu bahwa Nurdin Halid dan kroninya adalah orang golkar, maka jangan heran pula jika suara poltik tersebut malah mengalami penurunan. Isu korupsi dan tanpa prestasi saya pikir menjadi isu utama dibawah kepemimpinan Nurdin Halid.
GOLKAR VS DEMOKRAT
Belakangan ini kedua partai tersebut saling berebut pengaruh untuk menguasai PSSI. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kedua partai tersebut memang berada dalam kepengurusan strategis PSSI. Namun menurut hemat saya jika ‘politik ‘ masih saja mencengkeram PSSI, sepak bola dinegeri ini tidak akan berprestasi. Karena jika politik masih dominan tujuan utama untuk membina sepak bola akan disertai dengan tujuan terselebung. Sehingga para profesional tidak berkutik menghadapi terjangan politik untuk membangun sepak bola di Indonesia. Para profesional itu justru hanya bisa menonton atas segala kemunduran prestasi PSSI.
Seperti halnya kompetisi sepak bola paling bergengsi di Indonesia yang diwadahi oleh Indonesia Super League (ISL) saat ini menghadapi banyak masalah. Masalah yang paling serius antara lain munculnya wadah lain yang cukup membuyarkan konsentrasi PSSI, yaitu Indonesia Primer League (IPL) besutan Arifin Panigoro dan kawan-kawan.
Membelotnya sejumlah klub peserta ISL ke IPL mengundang banyak pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi dalam pengelolaan sepak bola kita? PSM Makassar, Persema Malang dan Persibo Bojonegoro menyatakan sikap "pindah gerbong" dan siap mengikuti IPL.
Selain kesulitan keuangan, mereka merasakan adanya "konspirasi" untuk menjatuhkan klub yang dikelolanya. Mereka, merasa selalu "dikerjai" PSSI dalam setiap keputusan yang dijatuhkan ke klubnya. Mereka menginginkan terwujudnya kompetisi yang bersih, jujur, mandiri dan profesional.
Banyak faktor yang menyebabkan prestasi sepak bola kita berjalan di tempat, bahkan mengalami kemunduran, antara lain kepemimpinan PSSI yang bermasalah di samping pengelolaan kompetisi dan pembinaan generasi muda. Bagaimanapun, kepemimpinan PSSI sangat vital dan menentukan arah persepakbolaan Indonesia. Hal itu akan berimbas pada kualitas kompetisi, pembinaan pemain dan kedaulatan klub anggota PSSI. Pada gilirannya akan berimbas pada kualitas Timnas di Asia Tenggara, Asia, bahkan dunia.
Namun jika saja politik masih mendominasi PSSI jangan harap sepak bola Indonesia akan mengalami kemajuan yang berarti. Namun justru keterpurukanlah yang akan selalu menimpa prsetasi sepak bola kita…
Bravo Timnas …. : tapi tidak untuk PSSI….!